Senin, 23 September 2019

Rencana Penelitian Sebelum Pembuatan Penulisan Sejarah

Sebelum kita menulis kisah sejarah, kita harus tau topik apa yang kita ambil untuk judul penelitian sejarah. Dalam buku yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah tahun terbit 2013 yang ditulis oleh Kuntowijoyo yang menjelaskan tentang bagaimana pemilihan topik yang baik, berdasarkan:
1.      Kedekatan emosional
Disini, Kuntowijoyo menjelaskan bahwa pemilihan topik dapat ditemukan dengan cara kedekatan emosional. Yaitu tentang emosional kita dalam mengambil sebuah topik. Ketika kita membicarakan sesuatu tentang sejarah masa lalu maka akan timbul suatu emosi. Entah itu berupa rasa takut, rasa senang, merasakan kebebasan, kesedihan dan emosi lain yang ditimbulkan. Dari situ dapat kita rasakan berbagai emosi dalam sejarah. Kemudian kita dapat menemukan emosi yang cocok dengan diri kita. Sehingga kita senang dengan topik yang kita pilih. Dengan demikian, untuk selanjutnya kita akan senang juga dengan kisah sejarah yang ada di dalam topik yang kita pilih.
2.      Kedekatan intelektual
Selain dari kedekatan emosional yang dapat menemukan emosi yang cocok untuk kita, kita juga dapat memilih topik dari pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan yang sangat kita kuasai dan kita sukai. Sehingga kita bisa menemukan kisah sejarah yang sangat kita minati. Dan memastikan bahwa sejarah yang kita kuasai kisahnya ini tidak akan membuat kita bosan atau lelah untuk penelitiannya nanti. Karena kita sudah menguasai materinya dan mengetahui kisahnya.
3.      Rencana penelitian
Setelah topik ditemukan, kemudian membuat rencana penelitian. Sebelum melangkah lebih lanjut ke dalam tahap-tahap metode penelitian sejarah, kita harus memiliki rencana penelitian terlebih dahulu. Tentang apa saja yang harus dilakukan sebelum ke tahap penulisan penelitian sejarah.
Di dalam rencana penelitian itu harus berisi:
1.      Permasalahan
2.      Hostoriografi
3.      Sumber sejarah
4.      Garis besar


1)    Permasalahan
Dalam permasalahan harus ditemukan adanya masalah atau subject matter yang akan diteliti. Berisi tentang mengapa perlu diteliti sejarahnya, maksud dan tujuan penelitian, luasan dan batas penelitian dalam tempat dan waktu, serta teori dan konsep yang dipakai.

2)    Historiografi
Perlu dikemukakan sejarah penulisan dalam bidang yang akan diteliti (Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah-2013-hal.72). sebelumnya kita akan melihat banyak referensi dari banyak peneliti. Dengan review dari banyak penulisan sejarah dalam satu bidang yang sama dengan yang kita tulis, kita dapat menyampaikan apa kekurangan peneliti sebelumnya. Dan kita dapat juga menambahkan tentang apa yang masih perlu diteliti.

3)    Sumber sejarah
Sebelum melakukan penelitian sejarah, kita harus tau sumber-sumbernya terlebih dahulu. Kita harus tau sumber sejarah yang akan dicari, bagaimana mencari, dan dimana mencari. Dalam pencarian sumber sejarah, kita dapat menemukan dengan dari membaca dan sebagian melalui sumber lisan.

4)    Garis besar
Di dalam garis besar ini harus terdapat inti dari penelitian yang kita tulis. Garis besar harus tampak jelas dalam penulisan penelitian sejarah. Lebih baik garis besar terurai agar dengan mudah orang membaca. Menjadikannya lebih jelas namun tetap tepat pada inti yang dibahas. Terkesan tidak bertele-tele namun pasti pada penyampaiannya. Perlu diingat, garis besar dapat berubah dan sementara dapat sangat berguna dalam proses penelitian.


Setelah rencana penelitian kita rancang dengan matang, dan kita tau langkah apa yang kita akan lakukan selanjutnya. Maka kita masuk ke tahap-tahap metode penelitian sejarah. Proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis disebut metoda sejarah (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.102).
Tahap-tahap metode penelitian sejarah:
1.      Heuristic: yakni kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau.
2.      Kritik (sejarah): yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isinya.
3.      Interpretasi: yakni menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh secara itu.
4.      Penyajian: yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah.
Tahap terakhir itulah yang sesungguhnya merupakan historiografi (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.103).

1.     Heuristic: Pengumpulan Sumber
Sumber (sumber sejarah disebut juga dengan data sejarah; data-dari Bahasa Inggris datum (bentuk tunggal) atau data (bentuk jamak); Bahasa Latin datum berarti “pemberian”) yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah- 2013-Hal. 73). Sumber itu sendiri menurut bahannya dibagi menjadi 2, yaitu: tertulis dan tidak tertulis. Selain itu, sumber juga dapat berupa angka-angka kuantitatif. Kemudian ada juga sumber lisan yang memang benar adanya sehingga kita harus mencari sumber secara lisan.
a)      Dokumen tertulis
Dokumen (dari Bahasa Latin docere yang berarti “mengajar”) tertulis dapat berupa surat-surat, notulen rapat, kontrak kerja, bon-bon dan sebagainya (Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah- 2013-Hal.74). dokumen dapat kita temukan di kantor, kantor dinas, kantor ormas, atau di perusahaan. Namun, yang kita takutkan jika dokumen tertulis sudah tidak ada, kita hanya bias bergantung pada artifact, sumber lisan dan sumber kuantitatif.
b)     Artifact atau sumber tidak tertulis
Artifact dapat berupa foto-foto, bangunan tempat sejarah itu terjadi, atau alat-alat. Yang masih besar kemungkinan adanya adalah bangunan. Karena bangunan yang lebih awet dan tahan lama selama bertahun-tahun. Sebisa mungkin kita harus menemukan bangunan yang asli. Karena kita menduga sudah ada banyak bangunan yang baru setelah itu karena dibangun oleh setiap generasi atau bias jadi juga itu merupakan hasil dari renovasi. Perubahan pasti terjadi pada bangunan. Karena kita tidak dapat memaksa adanya perubahan pada dunia.
c)      Sumber lisan
Sebelum kita banyak bertanya mengenai banyak hal, sudah tentu kita telah banyak membaca. Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan interview atau wawancara. Yaitu:
1.      Harus menguasai sungguh-sungguh pengoperasian tape recorder (Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah- 2013-Hal.75). Dalam wawancara kita pasti memerlukan alat perekam. Untuk itu kita harus menguasai betul bagaimana cara mengoperasikan alat perekam tersebut. Dari menyalakan tombol mulai merekam hinggal mematikannya kembali. Kita harus tau dan harus bisa bagaimana cara menguasai dan mengoperasikannya.
2.      Belajarlah banyak-banyak akan membuat kita percaya diri (Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah- 2013-Hal.75). Dengan menguasai semua materi atau bahan pertanyaan yang akan ditanyakan nantinya, akan membuat kita lebih bisa berekspresi dan tidak malu untuk lebih banyak mengajukan pertanyaan yang masih dalam konteks tema.penguasaan materi dalam konteks pertanyaan juga membuat kita lebih percaya diri pastinya.
d)     Sumber kuantitatif
Untuk mengetahui perkembangan kekayaan antargenerasi, sumbangan kepada lingkungan social, keagamaan, politik, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya perlu diketahui angka-angka itu (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.106). Misal angka tetang tahun, jumlah pendapatan, hasil pertanian, masa kemakmuran rakyat dan lain-lain. Jadi terkadang, sumber kuantitatif juga sangat dibutuhkan.

2.     Verifikasi (Kritik Atau Analisis: Menilai Sumber)
Dalam menyusun fakta suatu sejarah, kita menemuka suatu sumber misal dokumen. Setiap  sumber memiliki aspek ekstern dan intern. Aspek eksternnya bersangkutan dengan keaslian sumber. Aspek internnya berhubungan dengan persoalan apakah sumber tersebut memberikan informasi yang saya butuhkan.

3.     Interpretasi Atau Sintesis: Menafsirkan Keterangan Sumber-Sumber
Setelah kita melakukan kritik sumber, kita telah mendapatkan banyak sekali informasi mengenai suatu periode sejarah yang sedang kita pelajari. Berdasarkan keterangan tersebut, kita dapat menyusun fakta sejarah yang telah kita buktikan kebenarannya. Kumpulan fakta-fakta sejarah belum merupakan kisah sejarah (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.109). Daftar fakta sejarah yang disusun secara kronologis merupakan kronik dan belum merupakan kisah sejarah (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.109). Kita harus dapat memilih di antara banyaknya fakta yang kita dapat dari perjalanan penelitian kita mana yang relevan  dan dapat dimasukkan ke dalam kisah sejarah. Supaya tercipta karya sejarah yang cocok dan sesuai dengan topik yang dibahas.

4.     Historiografi: Penulisan Sejarah
Dengan ini, kita telah sampai kepada klimaks penelitian sejarah yang dilakukan dan sampai kepada bagian terakhir dari metode penelitian sejarah. Disinilah kemahiran pengarang diuji. Disini kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan menghindari bahasa yang buruk. Supaya karya kita juga diakui keseniannya dalam berbahasa. Karena kita telah mengakui bahwa sejarah adalah suatu seni meskipun memiliki sifat-sifat ilmiah (Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-2013-hal.111)


Sumber referensi:
1.      Kuntowijoyo-Pengantar Ilmu Sejarah-Yogyakarta-Penerbit Tiara Wacana-2013
2.      Subagyo-Membangun Kesadaran Sejarah-Semarang-Widya Karya-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kebijakan Politik Para Penguasa Indonesia

KOMPARASI KEBIJAKAN POLITIK PENGUASA-PENGUASA INDONESIA Latar Belakang Masalah Presiden secara umum merupakan istilah untuk seseorang yang m...