Halaman

Senin, 14 Oktober 2019

Meninjau Buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa


Permulaan Kekuasaan Islam di Jawa Merupakan Permulaan Peradaban Baru di Nusantara

Latar Belakang Buku
Judul buku      : Kerajaan Islam Pertama di Jawa
Pengarang       : H.J. de Graaf dan Th Pigeaud
Penerbit           : Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
Tahun terbit     : 2003
Tebal buku      : 279 halaman


Isi Buku
Buku ini menjelaskan tentang permulaan kekuasaan Islam yang ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan berakhirnya masa dinasti Majapahit pada rentang waktu abad ke-15 sampai abad ke-16. Permulaan kekuaaan Islam diawali dengan penyebaran Agama Islam pada abad ke-15 yang dilakukan oleh Raden Rahmad dari Ngampel Denta yang menguasai perkembangan agama Islam di Jawa Timur (Gresik dan Surabaya). Agama Islam dapat berkembang pesat didukung oleh para  pedagang Islam yang menguasai jalur laut sepanjang pantai utara Jawa dengan cepat mengalami perubahan besar-besaran. Dengan begitu sedikit demi sedikit terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintahan kekuasaan Kerajaan Majapahit yang “Budha” ke Kerajaan Mataram yang Islam. Adanya peralihan kekuasaan tersebut berawal dari perkembangan sejarah politik di wilayah utara Jawa dimulai dari Demak sebagai pusat pemerintahan politik kemudian Pajang, berturut-turut kemudian dibicarakan Pati, Juwana, Kudus, Kalinyamat menyebar ke timur kemudian dibicarakan Jipang, Tuban, Gresik, Surabaya, Madura hingga ke barat meliputi Cirebon dan Banten. Untuk daerah kekuasaan tersebut disebut kerajaan kecil. Adanya kerajaan-kerajaan di sepanjang pesisir utara Jawa dan juga kerajaan di pedalaman yang menjadi pergantian pusat pemerintahan Islam di Jawa menjadikan pemerintahan kekuasaan Islam semakin meluas. Kemungkinan ada 2 faktor yang menjadikan dinasti Majapahit berakhir dan digantikan oleh kekuasaan Mataram. Pertama, masyarakat Majapahit beserta anggota kerajaan dengan senang hati menerima peradaban baru dan bersedia masuk Islam. Kedua, peradaban Majapahit diserang dan dipaksa mengikuti peradaban baru yang lebih kuat dari Majapahit pada masa itu supaya masuk Islam dan mengakui kekuasaan Mataram dengan tunduk pada kebijakan pemerintahan kekuasaan Mataram. Dengan berakhirnya masa Kerajaan Majapahit menandakan bahwa kekuasaan Islam telah menjadi peradaban baru dengan berdirinya Kerajaan Mataram. Untuk selanjutnya pada akhir dari buku ini menggambarkan tentang  pengembangan keadaan dan usaha-usaha pemekaran daerah Mataram abad ke-16 yang berkeinginan menguasai semua raja bawahannya.


Metode yang Digunakan:
Jenis metode yang digunakan dalam buku ini adalah metode penelitian kualitatif dimana penulis berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan masyarakat sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian. Dalam buku ini terdapat banyak data yang memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan menghasilkan sebuah teori. Tujuannya adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya juga yang menunjukkan pentingnya detail data yang diteliti. Dalam buku ini juga terdapat banyak sumber referensi yang diambil penulis untuk menunjang karyanya yang membuktikan bahwa pengumpulan data secara detail merupakan salah satu komponen yang penting agar dapat menjelaskan tentang teori dan data yang singkron antara sesamanya.


Teori yang Digunakan:
Dalam buku ini teori yang digunakan adalah teori yang induktif yaitu cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist. Pengarang menyampaikan tentang data yang kebanyakan menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit runtuh begitu saja tanpa adanya proses yang bertingkat. Kemudian disambungkan dengan teori yang menyebutkan bahwa runtuhnya Kerajaan Majapahit bukan menjadikan fenomena yang mati begitu saja atau hanya berhenti dengan berakhirnya Majapahit melainkan deretan peristiwa yang merangkai hingga berpuncak pada runtuhnya Kerajaan Majapahit dan digantikan oleh Kerajaan Mataram merupakan pergantian peradaban saja. Yang asalnya dari peradaban Majapahit dengan budayanya berganti dengan peradaban Mataram dengan diikuti perubahan budayanya juga. Jadi menghasilkan teori yang menyebutkan bahwa yang terjadi hanya pergantian peradaban dari Majapahit menjadi Mataram.


Kelebihan Buku
1.      Menggunakan sumber-sumber pribumi dan sejarah Jawa asli seperti Babad Tanah Djawi, Serat Kandha, Babad Mataram dan Babad Sangkala sebagai bahan penulisan yang menggambarkan tentang permulaan kekuasaan Islam dan perkembangannya. Namun juga menggunakan sumber yang memakai beberapa berita lama yang historis namun juga dapat diandalkan yakni tulisan petualang Portugis bernama Tome Pires, Suma Oriental yang terkenal maupun catatan dari pelaut dan pedagang Belanda.
2.      Cakupan pembahasan dalam buku ini pun lebih menyeluruh selain aspek sosial-ekonomis yang tercantum dalam buku, terdapat juga perspektif baru mengenai dinamika masyarakat Jawa dan kebudayaannya.
3.      Mengoreksi anggapan tentang keruntuhan dinasti Majapahit yang mengalami keruntuhan secara tiba-tiba diartikan sebagai keruntuhan suatu peradaban yang digantikan oleh peradaban baru bercorak Islam.
4.      Menggambarkan sejarah Jawa antara zaman pengaruh Hindu-Budha dan masuknya agama Islam di Indonesia secara kronologis berdasarkan penulisan kontemporal.
5.      Dapat dijadikan pedoman dan materi pembelajaran bagi penelitian sejarah Jawa selanjutnya karena di dalamnya terdapat peristiwa masa pergantian peradaban yang sebelumnya tidak terlalu dilirik oleh penulis sejarah Jawa terdahulu.


Kekurangan Buku
1.      Masih memerlukan pembatasan temporal sehingga penempatan peristiwa tidak tumpang-tindih dan dapat memperoleh gambaran yang kronologis. Di dalam buku ini masih sering menggunakan penulisan abad ke-15 dan abad ke-16 yang harusnya lebih menggunakan penulisan temporal yang lebih spesifik sehingga pembaca dapat memiliki gambaran yang tepat pada kronologis kejadian secara rinci di tiap tahunnya. Jadi, pembaca tidak kesulitan membayangkan kapan peristiwa itu terjadi.
2.      Masih terlalu melihat dari sudut perkembangan kekuasaan Islam di pantai utara Jawa (Madura, Surabaya, Gresik, Tuban, Juwana, Jepara, Cirebon dan Banten yang berpusat di Demak kemudian Pajang). Dengan begitu, pusat kekuasaan politik maupun pusat penyebaran para pemuka Islam yang terletak di pedalaman (Priangan Selatan, Pasir, daerah Kedu, Mataram, Ponorogo, Kediri, Ngrowo, serta Lumajang) terabaikan dan tidak mendapat sorotan lebih. Padahal pusat kekuasaan politik dan pusat penyebaran Islam yang terletak di pedalaman merupakan pusat kekuasaan yang bukan baru. Untuk itu sampai saat ini masih sedikit yang kita ketahui perkembangannya.
3.      Lebih banyak kekurangan tentang sejarah sosial dan ekonomi di Jawa masa itu jika dilihat dari pengetahuan kita. Hal itu diakui sepenuhnya oleh Dr. de Graaf dan Dr. Pigeaud. Yang banyak kita ketahui adalah tentang hubungan dagang karena banyak sumber asing yang menyebut tentang perdagangan mereka.
4.      Mengenai tentang pola produksi, distribusi dan konsumsi di dalam negeri sendiri sangat sedikit diketahui karena minimnya sumber yang menyebut atau mencatat tentang pola perdagangan di dalam negeri.
5.      Masih kurang menaruh perhatian dalam bidang kebudayaan Jawa lebih tepatnya kebudayaan Pesisir yang telah disebutkan meski bukan bagian dari tujuan penulisan buku ini.


Alasan Kenapa Buku Ditulis
Beberapa alasan yang menjadi landasan diterbitkannya buku yang diterjemahkan oleh Soemarsaid Moersono adalah untuk memberi gambaran secara kronologis pada abad ke-15 dan abad ke-16 yang di dalamnya terdapat peristiwa sejarah pergantian kekuasaan dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang bukan secara mendadak mengalami keruntuhan, namun digantikan oleh kekuasaan Kerajaan Mataram yang dimulai dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Pada masa peralihan tersebut, penulis berusaha menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi di masa itu benar-benar ada berdasarkan sumber dan melalui proses yang tidak terjadi secara instan. Proses ini adalah kejadian yang sebelumnya dilalaikan bahkan masih sedikit terjamah oleh para sejarawan. Dengan bersumber dari sumber-sumber pribumi dan sejarah Jawa asli seperti Babad Tanah Djawi, Serat Kandha, Babad Mataram dan Babad Sangkala menjadikannya terkesan lebih dekat dengan cerita masa lalu yang dianggap sebagai legenda namun dapat mengisi kekosongan dalam penulisan sejarah Jawa. Dan tentunya hal tersebut berdasarkan sumber, tidak hanya dalam bentuk dongeng atau cerita rakyat saja. Jika dilihat dari gambaran sejarah Jawa yang ditulis oleh penulis-penulis asing terdahulu kebanyakan berkisar mengenai silsilah raja dan menyinggung tentang keagamaan, maka dalam buku ini dibahas juga tentang aspek-aspek yang mencangkup aspek sosial-ekonomis. Penulisan sejarah Jawa sebelumnya yang hanya meliputi sumber data-data asing, sekarang dengan adanya buku ini De Graaf dan Pigeaud berhasil melengkapi historiografi Jawa dengan menggunakan sumber-sumber Jawa sendiri. Dengan digunakannya sumber dari Jawa sendiri dan dari naskah pribumi dapat menghadirkan gambaran perasaan dari jiwa “asli” Indonesia terlebih lagi disertai dengan ilutrasi-ilustrasi detail yang menghidupkan legenda yang bersumber dan memudahkan pengertian tentang bagaimana penggambaran pada masa tersebut.
Buku ini ditulis untuk kita yang selain dijadikan sebagai referensi pembelajaran dapat juga digunakan untuk melanjutkan penyelidikan tentang sejarah Jawa agar lebih jelas tentang keadaan pada zaman transisi dalam sejarah Jawa ini. Buku ini dijadikan juga sebagai pedoman dan bekal pembelajaran bagi penelitian sejarah Jawa selanjutnya dan diharapkan juga dapat berfungsi sebagai cara penerusan tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh penulis kepada setiap mahasiswa Indonesia yang menekuni sejarah. Terjemahan buku ini yang judul aslinya De eerste Moslimse Vorstendommen op Java (s’Gravenhage,1974) disajikan sedemikian  rupa sehingga dapat memungkinkan pembaca Indonesia khususnya mereka yang berminat mempelajari sejarah dan kebudayaan Jawa agar dapat dipahami dan memudahkan dalam penggambaran sejarah Jawa khususnya pada masa peralihan kekuasaan dari Kerajaan Majapahit yang Budha ke Kerajaan Mataram yang Islam pada abad ke-15 dan abad ke-16.


Sumber yang Digunakan:
1.      Atja, Tjarita: - Atya, Tjarita purwaka Tjaruban (Sedjarah Muladjadi Tjirebon). Djakarta, 1972 (Seri monografi Museum, no. 5).
2.      Babad Alit: - Prawirawinarsa, R., dan R. Ng. Djajengpranata.,
I.                   Babad Alit (Anjariosaken pasarejanipun para Ratoe ing tanah Djawi ingkang wonten ing Imogiri).
II.                Djoemenengipoen tjoengkoep hingpasarejpn Koetha Gede. Balai Pustaka, No. 577. Weltevreden, 1921.
3.      Babad Gresik: - Naskah di Perpustakaan Universitas Leiden. Codex Lor., no. 6780.
4.      Babad Mataram: - Dirdja Atmadja, R. (ed.), Serat Babad ing Mataram, . . . dateng Sang Praboe Anom. Soerakarta, 1904-1905 (2jilid).
5.      Babad Pasarejan: - Babad Pasarejan ing Gresik. Naskah di Perpustakaan Universitas Leiden. Codex Lor, no, 858A.
6.      Babad Sangkala: - Naskah di Museum Nasional, Jakarta. Koleksi Brendes, No. 608.
7.      Babad Tanah Djawi: - Babad Tanah Djawi, terbitan Balai Pustaka, tahun 1939-1941 (Seri No. 1289), 24 jilid.,
8.      Barros, Da Asia: - Barros, J. De, Da Asia. Doe feitos, gue Portuguezes fiseram no desuibrimento, a conanista dos mares, a terras do Oriente. Nova adiqao . . . Lisboa, 1777-1778, 5
9.      Couto, da Aia: - Couto, diego de, Da Asia. . . Decade IV-XII. Lisboa, 1778-1779 (10 jil.).
10.  Hall, Historians: - Hall. D. G. E. (ed.), Historians of South-East Asia. London, 1961.

nb: karena tugasnya tidak boleh lebih dari 5 halaman jadi referensi yang digunakan dalam pembuatan buku tidak dapat saya cantumkan secara keseluruhan, mohom maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar