Permulaan
Kekuasaan Islam di Jawa Merupakan Permulaan Peradaban Baru di Nusantara
Latar
Belakang Buku
Judul
buku : Kerajaan Islam Pertama di Jawa
Pengarang : H.J. de Graaf dan Th Pigeaud
Penerbit : Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
Tahun
terbit : 2003
Tebal
buku : 279 halaman
Isi
Buku
Buku ini menjelaskan tentang permulaan kekuasaan Islam yang
ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan berakhirnya masa
dinasti Majapahit pada rentang waktu abad ke-15 sampai abad ke-16. Permulaan
kekuaaan Islam diawali dengan penyebaran Agama Islam pada abad ke-15 yang
dilakukan oleh Raden Rahmad dari Ngampel Denta yang menguasai perkembangan
agama Islam di Jawa Timur (Gresik dan Surabaya). Agama Islam dapat berkembang pesat
didukung oleh para pedagang Islam yang
menguasai jalur laut sepanjang pantai utara Jawa dengan cepat mengalami
perubahan besar-besaran. Dengan begitu sedikit demi sedikit terjadi peralihan
kekuasaan dari pemerintahan kekuasaan Kerajaan Majapahit yang “Budha” ke
Kerajaan Mataram yang Islam. Adanya peralihan kekuasaan tersebut berawal dari
perkembangan sejarah politik di wilayah utara Jawa dimulai dari Demak sebagai
pusat pemerintahan politik kemudian Pajang, berturut-turut kemudian dibicarakan
Pati, Juwana, Kudus, Kalinyamat menyebar ke timur kemudian dibicarakan Jipang,
Tuban, Gresik, Surabaya, Madura hingga ke barat meliputi Cirebon dan Banten.
Untuk daerah kekuasaan tersebut disebut kerajaan kecil. Adanya
kerajaan-kerajaan di sepanjang pesisir utara Jawa dan juga kerajaan di
pedalaman yang menjadi pergantian pusat pemerintahan Islam di Jawa menjadikan
pemerintahan kekuasaan Islam semakin meluas. Kemungkinan ada 2 faktor yang
menjadikan dinasti Majapahit berakhir dan digantikan oleh kekuasaan Mataram. Pertama,
masyarakat Majapahit beserta anggota kerajaan dengan senang hati menerima
peradaban baru dan bersedia masuk Islam. Kedua, peradaban Majapahit diserang
dan dipaksa mengikuti peradaban baru yang lebih kuat dari Majapahit pada masa
itu supaya masuk Islam dan mengakui kekuasaan Mataram dengan tunduk pada
kebijakan pemerintahan kekuasaan Mataram. Dengan berakhirnya masa Kerajaan
Majapahit menandakan bahwa kekuasaan Islam telah menjadi peradaban baru dengan
berdirinya Kerajaan Mataram. Untuk selanjutnya pada akhir dari buku ini
menggambarkan tentang pengembangan
keadaan dan usaha-usaha pemekaran daerah Mataram abad ke-16 yang berkeinginan
menguasai semua raja bawahannya.
Metode
yang Digunakan:
Jenis
metode yang digunakan dalam buku ini adalah metode penelitian kualitatif dimana
penulis berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari
partisipan masyarakat sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian.
Dalam buku ini terdapat banyak data yang memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas dan menghasilkan sebuah teori. Tujuannya adalah untuk
menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data
yang sedalam-dalamnya juga yang menunjukkan pentingnya detail data yang
diteliti. Dalam buku ini juga terdapat banyak sumber referensi yang diambil
penulis untuk menunjang karyanya yang membuktikan bahwa pengumpulan data secara
detail merupakan salah satu komponen yang penting agar dapat menjelaskan
tentang teori dan data yang singkron antara sesamanya.
Teori
yang Digunakan:
Dalam
buku ini teori yang digunakan adalah teori yang induktif yaitu cara menerangkan
adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang
positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist. Pengarang menyampaikan tentang
data yang kebanyakan menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit runtuh begitu saja
tanpa adanya proses yang bertingkat. Kemudian disambungkan dengan teori yang
menyebutkan bahwa runtuhnya Kerajaan Majapahit bukan menjadikan fenomena yang
mati begitu saja atau hanya berhenti dengan berakhirnya Majapahit melainkan
deretan peristiwa yang merangkai hingga berpuncak pada runtuhnya Kerajaan
Majapahit dan digantikan oleh Kerajaan Mataram merupakan pergantian peradaban
saja. Yang asalnya dari peradaban Majapahit dengan budayanya berganti dengan
peradaban Mataram dengan diikuti perubahan budayanya juga. Jadi menghasilkan
teori yang menyebutkan bahwa yang terjadi hanya pergantian peradaban dari
Majapahit menjadi Mataram.
Kelebihan
Buku
1.
Menggunakan
sumber-sumber pribumi dan sejarah Jawa asli seperti Babad Tanah Djawi, Serat
Kandha, Babad Mataram dan Babad Sangkala sebagai bahan penulisan yang
menggambarkan tentang permulaan kekuasaan Islam dan perkembangannya. Namun juga
menggunakan sumber yang memakai beberapa berita lama yang historis namun juga
dapat diandalkan yakni tulisan petualang Portugis bernama Tome Pires, Suma
Oriental yang terkenal maupun catatan dari pelaut dan pedagang Belanda.
2.
Cakupan
pembahasan dalam buku ini pun lebih menyeluruh selain aspek sosial-ekonomis
yang tercantum dalam buku, terdapat juga perspektif baru mengenai dinamika
masyarakat Jawa dan kebudayaannya.
3.
Mengoreksi
anggapan tentang keruntuhan dinasti Majapahit yang mengalami keruntuhan secara
tiba-tiba diartikan sebagai keruntuhan suatu peradaban yang digantikan oleh
peradaban baru bercorak Islam.
4.
Menggambarkan
sejarah Jawa antara zaman pengaruh Hindu-Budha dan masuknya agama Islam di
Indonesia secara kronologis berdasarkan penulisan kontemporal.
5.
Dapat
dijadikan pedoman dan materi pembelajaran bagi penelitian sejarah Jawa
selanjutnya karena di dalamnya terdapat peristiwa masa pergantian peradaban
yang sebelumnya tidak terlalu dilirik oleh penulis sejarah Jawa terdahulu.
Kekurangan
Buku
1.
Masih
memerlukan pembatasan temporal sehingga penempatan peristiwa tidak
tumpang-tindih dan dapat memperoleh gambaran yang kronologis. Di dalam buku ini
masih sering menggunakan penulisan abad ke-15 dan abad ke-16 yang harusnya
lebih menggunakan penulisan temporal yang lebih spesifik sehingga pembaca dapat
memiliki gambaran yang tepat pada kronologis kejadian secara rinci di tiap
tahunnya. Jadi, pembaca tidak kesulitan membayangkan kapan peristiwa itu
terjadi.
2.
Masih
terlalu melihat dari sudut perkembangan kekuasaan Islam di pantai utara Jawa
(Madura, Surabaya, Gresik, Tuban, Juwana, Jepara, Cirebon dan Banten yang
berpusat di Demak kemudian Pajang). Dengan begitu, pusat kekuasaan politik
maupun pusat penyebaran para pemuka Islam yang terletak di pedalaman (Priangan
Selatan, Pasir, daerah Kedu, Mataram, Ponorogo, Kediri, Ngrowo, serta Lumajang)
terabaikan dan tidak mendapat sorotan lebih. Padahal pusat kekuasaan politik
dan pusat penyebaran Islam yang terletak di pedalaman merupakan pusat kekuasaan
yang bukan baru. Untuk itu sampai saat ini masih sedikit yang kita ketahui
perkembangannya.
3.
Lebih
banyak kekurangan tentang sejarah sosial dan ekonomi di Jawa masa itu jika
dilihat dari pengetahuan kita. Hal itu diakui sepenuhnya oleh Dr. de Graaf dan
Dr. Pigeaud. Yang banyak kita ketahui adalah tentang hubungan dagang karena
banyak sumber asing yang menyebut tentang perdagangan mereka.
4.
Mengenai
tentang pola produksi, distribusi dan konsumsi di dalam negeri sendiri sangat
sedikit diketahui karena minimnya sumber yang menyebut atau mencatat tentang
pola perdagangan di dalam negeri.
5.
Masih
kurang menaruh perhatian dalam bidang kebudayaan Jawa lebih tepatnya kebudayaan
Pesisir yang telah disebutkan meski bukan bagian dari tujuan penulisan buku
ini.
Alasan
Kenapa Buku Ditulis
Beberapa alasan yang menjadi landasan diterbitkannya buku yang
diterjemahkan oleh Soemarsaid Moersono adalah untuk memberi gambaran secara
kronologis pada abad ke-15 dan abad ke-16 yang di dalamnya terdapat peristiwa
sejarah pergantian kekuasaan dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang bukan
secara mendadak mengalami keruntuhan, namun digantikan oleh kekuasaan Kerajaan
Mataram yang dimulai dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Pada masa
peralihan tersebut, penulis berusaha menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi
di masa itu benar-benar ada berdasarkan sumber dan melalui proses yang tidak
terjadi secara instan. Proses ini adalah kejadian yang sebelumnya dilalaikan
bahkan masih sedikit terjamah oleh para sejarawan. Dengan bersumber dari
sumber-sumber pribumi dan sejarah Jawa asli seperti Babad Tanah Djawi, Serat
Kandha, Babad Mataram dan Babad Sangkala menjadikannya terkesan lebih dekat
dengan cerita masa lalu yang dianggap sebagai legenda namun dapat mengisi
kekosongan dalam penulisan sejarah Jawa. Dan tentunya hal tersebut berdasarkan
sumber, tidak hanya dalam bentuk dongeng atau cerita rakyat saja. Jika dilihat
dari gambaran sejarah Jawa yang ditulis oleh penulis-penulis asing terdahulu
kebanyakan berkisar mengenai silsilah raja dan menyinggung tentang keagamaan,
maka dalam buku ini dibahas juga tentang aspek-aspek yang mencangkup aspek
sosial-ekonomis. Penulisan sejarah Jawa sebelumnya yang hanya meliputi sumber
data-data asing, sekarang dengan adanya buku ini De Graaf dan Pigeaud berhasil
melengkapi historiografi Jawa dengan menggunakan sumber-sumber Jawa sendiri.
Dengan digunakannya sumber dari Jawa sendiri dan dari naskah pribumi dapat
menghadirkan gambaran perasaan dari jiwa “asli” Indonesia terlebih lagi
disertai dengan ilutrasi-ilustrasi detail yang menghidupkan legenda yang
bersumber dan memudahkan pengertian tentang bagaimana penggambaran pada masa
tersebut.
Buku ini ditulis untuk kita yang selain dijadikan sebagai referensi
pembelajaran dapat juga digunakan untuk melanjutkan penyelidikan tentang
sejarah Jawa agar lebih jelas tentang keadaan pada zaman transisi dalam sejarah
Jawa ini. Buku ini dijadikan juga sebagai pedoman dan bekal pembelajaran bagi
penelitian sejarah Jawa selanjutnya dan diharapkan juga dapat berfungsi sebagai
cara penerusan tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh penulis kepada setiap
mahasiswa Indonesia yang menekuni sejarah. Terjemahan buku ini yang judul
aslinya De eerste Moslimse Vorstendommen op Java (s’Gravenhage,1974)
disajikan sedemikian rupa sehingga dapat
memungkinkan pembaca Indonesia khususnya mereka yang berminat mempelajari
sejarah dan kebudayaan Jawa agar dapat dipahami dan memudahkan dalam
penggambaran sejarah Jawa khususnya pada masa peralihan kekuasaan dari Kerajaan
Majapahit yang Budha ke Kerajaan Mataram yang Islam pada abad ke-15 dan abad
ke-16.
Sumber
yang Digunakan:
1.
Atja,
Tjarita: - Atya, Tjarita purwaka Tjaruban (Sedjarah Muladjadi
Tjirebon). Djakarta, 1972 (Seri monografi Museum, no. 5).
2.
Babad
Alit: - Prawirawinarsa,
R., dan R. Ng. Djajengpranata.,
I.
Babad
Alit (Anjariosaken pasarejanipun para Ratoe ing tanah Djawi ingkang wonten ing
Imogiri).
II.
Djoemenengipoen
tjoengkoep hingpasarejpn Koetha Gede. Balai Pustaka, No. 577. Weltevreden, 1921.
3.
Babad
Gresik: - Naskah di Perpustakaan
Universitas Leiden. Codex Lor., no. 6780.
4.
Babad
Mataram: - Dirdja
Atmadja, R. (ed.), Serat Babad ing Mataram, . . . dateng Sang Praboe Anom. Soerakarta,
1904-1905 (2jilid).
5.
Babad
Pasarejan: - Babad
Pasarejan ing Gresik. Naskah di Perpustakaan Universitas Leiden. Codex Lor,
no, 858A.
6.
Babad
Sangkala: - Naskah di
Museum Nasional, Jakarta. Koleksi Brendes, No. 608.
7.
Babad
Tanah Djawi: - Babad
Tanah Djawi, terbitan Balai Pustaka, tahun 1939-1941 (Seri No. 1289), 24
jilid.,
8.
Barros,
Da Asia: - Barros, J.
De, Da Asia. Doe feitos, gue Portuguezes fiseram no desuibrimento, a
conanista dos mares, a terras do Oriente. Nova adiqao . . . Lisboa,
1777-1778, 5
9.
Couto,
da Aia: - Couto, diego
de, Da Asia. . . Decade IV-XII. Lisboa, 1778-1779 (10 jil.).
10.
Hall,
Historians: - Hall. D. G.
E. (ed.), Historians of South-East Asia. London, 1961.
nb: karena tugasnya tidak boleh lebih dari 5 halaman jadi referensi yang digunakan dalam pembuatan buku tidak dapat saya cantumkan secara keseluruhan, mohom maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar